Setelah pemilu legislatif tanggal 9 april lalu, yang oleh sebagian orang diyakini sebagai pemilu terburuk, terribet, dan termahal sepanjang sejarah negara ini, memenangkan salah satu partai baru dengan kemenangan telak 20 % dan mengalahkan partai golkar yang notabenenya selalu memenangi pemilu sejak 40 tahun lalu.
Dengan adanya banyak partai dan adanya sarat-sarat baru untuk mengajukan presiden, maka beberapa partai mulai melakukan gerakan-gerakan cepat untuk mengadakan apa yang biasa dikenal dengan nama koalisi. Koalisi akhir-akhir ini banyak terjadi diantara partai-partai kecil yang hanya mendapat suara sebesar 1% dan mereka masuk parlemen pun tidak. Koalisi partai-partai kecil ini menyatukan suara mereka untuk mencalonkan presiden.
Dari hasil pemilu kemarin di urutan 5 besar adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, PDIP, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional. Partai Demokrat telah berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera. Dan partai golkar sekarang sedang mencoba berkoalisi dengan PDIP. Semalam saya mendengar berita di radio dan membaca sebuah media bahwa Jusuf Kalla bertemu dengan megawati di kediamannya di jalan Teuku Umar Jakarta. Pertemuaanya tidak lain hanyalah untuk membahas tentang koalisi kedua partai tersebut dan membahas beberapa kekisruhan pemilu 2009 yang mereka besar-besarkan.
Kemudian muncullah beberapa aksi yang mulai digalakkan oleh orang-orang yang katanya peduli dengan negara ini. Mereka menolak koalisi busuk partai-partai politik. Timbullah pertanyaan besar apakah koalisi busuk itu? Siapakah partai yang busuk itu? Apa sebab partai tersebut menjadi busuk? Dan apa kriteria partai tersebut sehingga disebut partai busuk?.
Itu menjawab hal tersebut, saya akan mencoba memandangnya dari aspek sejarah perpolitikan Indonesia di awal berdirinya orde baru. Pada akhir tahun 66, dimana era akhir PKI muncullah partai golkar, PDI, dan PPP. Dimana partai golkar yang berisi para aktivis yang menggulingkan pemerintahan Orde Lama. Kemudian golkar memimpin menjadi partai terbesar di Indonesia dan terus memenangkan pemilu dari selama 40 tahun.
Kemudian ketika terjadi apa yang dinamakan orang reformasi, PDIP muncul sebagai partainya wong cilik. Berusaha untuk menggolkan anak mantan Founding fathernya Indonesia sebagai presiden. Tapi dia selalu kalah dalam pemilu baik itu pada tahun 1998 dan 2004. Tetapi keberuntungan ada bagi anak tersebut dan dia sempat menjadi presiden Indonesia selama beberapa tahun.
Pada tahun 2004 lalu kita tahu bahwa golkar berkoalisi dengan partai demokrat dan mengusung SBY dan JK sebagai presiden terpilih saat ini. Dan koalisi ini sangatlah kuat. Ini adalah beberapa sejarah singkat tentang beberapa partai besar di Indonesia.
Kemudian kita mencoba menjawab, apakah koalisi busuk itu? Ada yang mengatakan koalisi busuk adalah koalisi partai orba yang berisi orang-orang KKN. Ada juga yang mengatakan koalisi busuk adalah koalisi dimana para pengurus dan calon partainya merupakan orang-orang yang tidak layak dalam memimpin Negara serta memiliki trak record yang buruk. Intinya koalisi partai yang dua-duanya busuk.
Pertanyaan kedua yang kita coba menjawab adalah, siapakah partai busuk itu? Pertanyaan ini sangat sulit di jawab oleh kita, kenapa? Karena untuk menemtukan suatu busuk tidaknya suatu partai kita harus melakukan penelitian mendalam terhadap partai tersebut. Dan perlu di ingat adalah partai merupakan kumpulan manusia. Dimana manusia memiliki sifat baik dan buruk, dan juga manusia memiliki apa yang disebut tobat. Dimana ketika dahulunya dia adalah seorang yang jahat ketika bertobat dia menjadi seorang yang baik.
Kedua untuk menanyakan siapa partai busuk itu, adalah bagaimana cara pandang kita juga terhadap partai tersebut (relatif), walaupun sebagian orang beranggapan dan berusaha mempengaruhi orang bahwa partai ini adalah busuk, orang yang telah loyal terhadap partai tersebut pasti tetap akan memilih partai tersebut dan capresnya.
Pertanyaan ketiga, apa sebab partai tersebut menjadi busuk? Penyebab suatu partai menjadi busuk adalah orang yang berada di dalam partai tersebut, orang yang menjalankan partai tersebut. Dan pencitraan media terhadap partai tersebut. Konsep relatifitas masih mutlak ada untuk menentukan sebuah partai, apakah dia busuk atau tidak.
Pertanyaan terakhir, apa kriteria partai tersebut sehingga di cap sebagai partai yang busuk? Untuk menjawab hal ini, perlu dilakukan adanya penelitian yang lebih lanjut. Kalau kriteria partai busuk adalah partai yang para kadernya adalah korup dan orang yang tidak beres. Maka semua partai akan masuk dalam kategori ini, walaupun itu partai yang membawa embel-embel agama maupun nasionalisme.
Maka, untuk menentukan criteria tersebut perlu adanya kajian lanjutan. Karena tidak gampang menjatuhkan putusan pada suatu partai apakah dia busuk atau tidak. Dan karena kita menganut sitem demokrasi, maka apabila partai yang terpilih adalah partai busuk, kita harusnya legawa menerimanya karena itu merupakan hasil pemilu. Dan itu berarti bahwa masyarakat menginginkan partai tersebut untuk muncul menjadi pemimpin kita. Dan kita juga patut untuk intropeksi diri, untuk jangan terlalu menggurui, karena pengalaman kita masih terlalu sedikit dalam hal perpolitikan, dan mungkin saja pandangan politik kita tertunggangi maksud partai politik lain.
Nah, kembali pada awal. Apakah ada koalisi busuk itu? Dan ketika ada koalisi busuk tentunya ada koalisi tidak busuk. Dan siapakah koalisi tidak busuk itu? Sebagai penutup baiknya kita baca lirik lagu iwan fals:
Apakah selamanya politik itu kejam ?
Apakah selamanya dia datang tuk menghantam ?
Ataukah memang itu yang sudah digariskan
Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya
Maling teriak maling
Sembunyi balik dinding
Pengecut lari terkencing kencing