Powered By Blogger

Selasa, 24 Maret 2009

Lovina, Kintamani, dan Tampak Siring


            Saya yakin, semua pantai selatan memeliki pantai yang indah. Begitu juga pantai selatan di pulau bali. Keindahan pantai selatan di pulau bali sudah melegenda dan menjadikan daerah selatan sebagai pusat kegiatan manusia dan wisata. Walaupun demikian ada sebuah pantai di wilayah utara tepatnya di singaraja yang mempunyai daya tarik yang berbeda.

            Lovina namanya, perjalanan menuju lovina dari denpasar bagaikan berjalan dari ujung selatan pulau bali ke ujung utaranya. Kira-kira membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Selama perjalanan saya menyaksikan pemandangan yang menyejukkan mata. Singaraja masuk dalam wilayah kabupaten Buleleng. Nama Buleleng mengingatkan saya kepada peristiwa tawan karang pada masa kolonial dahulu. Nama-nama raja bali yang dipelajari pada masa SD dahulu seperti terulang kembali. Yah memang didaerah singaraja inilah belanda mulai menancapkan kekuasaanya di bali.

           pantai lovina

 Pesona yang dimiliki oleh lovina bukan keindahan pasir putihnya, melainkan keindahan flora dan fauna lautnya. Sudah menjadi salah satu daya tariknya adalah pertunjukan lumba-lumba secara langsung yang bisa disaksikan diatas perahu ditengah lautan lepas. Kemudian snorkling (salah penulisan mohon dimaklumi) menyelam melihat taman laut.

            Untuk melihat beberapa wisata di lovina, saya dan zein menyewa sebuah perahu dengan harga 120.000 satu perahu untuk mencari lumba-lumba. Kami berangkat jam 9 pagi, pencarian lumba-lumba kami berlangsung selama 1 jam lebih. Sayangnya saya dan zein belum melihat lumba-lumba.

       perjalanan mencari lumba-lumba

     Saya bertanya kepada pemilik perahu, ’pak, kenapa lumba-lumbanya tidak nampak?’. Pemilik perahu berkata, ’sepertinya mereka berenang ke tengah mas, mencari lumba-lumba itu untung-untungan mas. Tidak ada kepastian waktu kapan mereka muncul.’. mendengar hal tersebut apa daya lagi, walaupun sedikit kecewa. Pemilik perahu menunjukkan lokasi penyelaman dan sorkling yang bagus. Dikarenakan tidak membawa baju ganti, sayapun malas untuk berenang. O ya, sewa snorkling 60 ribu satu orang.

            Jam 12 siang, kami keluar dari singaraja. Tujuan berikutnya adalah kintamani. Kintamani adalah suatu tempat wisata dimana kita dapat melihat view gunung batur dan danau batur secara dekat. Perjalanan ke kintamani sekitar 2 jam dari singaraja. Karena kami kembali lagi menuju denpasar.

            Jalan ke kintamani berbeda dengan jalan ke singaraja. Jalannya kecil dan petunjuk jalan sangat sedikit. Sehingga saya sering kali turun dari  mobil untuk menanyakan arah menuju kintamani. Sesampai didaerah kintamani yang berlokasi di sebelah timur denpasar melewati kota gianyar, saya berkesimpulan bahwa didaerah ini rata-rata masyarakat pada umumnya sangat patuh pada adat, dilihat dari sepinya rumah penduduk dan jauhnya mereka dari kebudayaan modern. Penduduk bali didaerah sini masih sederhana.

view dari kintamani

            Sesampai di kintamani jam setengah 3 sore. Saya dan zein beristirahat ejenak di pinggir jalan. Zein mengeluarkan hp kameranya dan mulai mengambil gambar-gambar. Gunung batur terlihat berdiri gagah dihadapan saya. Sedangkan danau batur di sebelah kanan saya menunjukkan keindahannya. Disisi danau batur terlihat sebuah kampung tradisional, ketika saya menanyakannya kepada penjual souvenir. Dia mengatakan itulah yang dinamakan Trunyan. Trunyan adalah tempat dimana mayat seseorang tidak dibakar ataupun dikubur, melainkan mayat tersebut diletakkan di bawah pohon. Selain itu trunyan juga merupakan tempat isolasi bagi penderita kusta. Dikarenakan waktu yang sempit saya tidak memiliki keinginan untuk berkunjung ke danau batur dan trunyan.

danau batur, desa dipinggir danau adalah trunyan

gunung batur

            Perjalanan saya lanjutkan kembali menuju tampak siring, sebuah wilayah dimana presiden soekorno diasingkan dahulu. Ustadz saya di ma’had dulu pernah bercerita, ketika dia kecil. Dia sering berlari-lari di belakang istana tampak siring, dan dibelakang istana ada sebuah pemandian. Pada tahun 70an pemandian tersebut masih terbuka dan tampaklah para gadis sedang mandi disana (sori rada bb).

istana tampaksiring

            Wilayah tampak siring memang kaya akan sumber air. Akan tetapi saya tidak memiliki waktu untuk masuk dan menikmatinya. Saya menuju istana dan ternyata ada sebuah peraturan baru yang melarang pengunjung memasuki istana secara bebas. Sekarang ada prosedur-prosedurnya, harus buat surat sebelumnya, ada izinnya dan lain-lain. Kecewa dengan hal itu maka pulanglah saya ke denpasar dengan hati setengah senang.

           

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget